Makalah Prakarya
dan Kewirausahaan
“ Budidaya Ikan
Patin”
Disusun Oleh :
Kelompok 3 :
1. Kerin Salsabila
2. Keysha Amelia
3. Moulya Ramadhani
4. M. Triefani Aditya Putra
5. M. Ra’auf Ar Rasyid
6. Nadia Noprita
7. Nasywa Annisa Saisya
8. Niken Maharani
9. Putri Hansa Nabila
Kelas : XI IPA 4
Guru pembimbing : Irna Yuliana,S.Pd,M.Si
SMA Unggul Negeri 4
Palembang
Tahun Ajaran
2019-2020
Kata Pengantar
Puji
dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat
dan rahmat-Nya kita dapat menyelesaikan makalah tentang “budidaya ikan patin”. Makalah ini dibuat dalam rangka untuk membuka
wawasan mengenai cara pembudidayaan ikan patin.
Pada
kesempatan ini kita mengucapkan terima kasih dan kita juga menyadari bahwa dalam
mengerjakan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kita
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depan.
Semoga makalah ini bias bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata kita
ucapkan terima kasih.
Palembang, 28 September 2019
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………….....................................i
Daftar Isi……………………………………………………………………………........................................ii
Bab. I Pendahuluan.................................................................................................4
A. Latarbelakang…………………………………………………….....................................4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..............................5
C. Tujuan………………………………………………..…………..................................…5
Bab. II Pembahasan……………………………………………………………..............................6
A. Pengertian Ikan Patin………………………………………………….......................…6
B. Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup……………………………….........…..............…..8
C. Jenis-Jenis
Patin……………………………………………………........................……9
D. Cara Budidaya Ikan Patin…………………………………………….........................…11
E. Pengendalian Hama penyakit dalam Budidaya
Ikan Patin……….........................…….15
F.
Pemasaran........................................................................................................................18
Bab.III Penutup………………………………………………………….....................................................20
A.
Kesimpulan…………………………………………………………….............................20
B.
Saran…………………………………...……………………...................................………20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi
masyarakat Indonesia ikan Ptin merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang
cukup digemari oleh masyarakat. Umumnya ada 2 jenis patin yang ada dipasaran
saat ini, yaitu patin lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli
Indonesia dari sungai-sungai besar Sumatera dan Kalimantan, sedangkan patin
siam merupakan jenis patin yang diproduksi di Thailand.
Ikan patin
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak
dengan punggung berwarna kebiru‐biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek
cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan patin memiliki rasa yang
lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti pindang, digoreng
atau diolah menjadi hidangan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin
mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya.
Dibeberapa
daerah sentra penghasil patin lokal, seperti Sumatera dan Kalimantan. Ikan
patin ini dengan mudah ditemui disungai-sungai atau danau. Selain
mengandalkankan penangkapan diperairan umum patin merupakan jenis ikan budidaya
potensial yang banyak dipelihara pembudidaya ikan dipulau Jawa sampai dikawasan
timur Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah
hampir mencakup seluruh wilayah tanah air.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ikan Patin ?
2. Bagaimana Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup dari Ikan Patin
3.
Apa saja Jenis-Jenis Patin ?
4. Bagaimana Pengendalian hama penyakit dalam
budidaya Ikan Patin dan Apa
saja penyakit yang menyerang Ikan Patin
?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian dari Ikan Patin.
2. Untuk mengetahui Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup dari Ikan
Patin.
3.
Untuk mengetahui Jenis-Jenis Patin.
4. Untuk mengetahui pengendalian
hama penyakit dalam budidaya Ikan Patin dan penyakit yang menyerang Ikan
Patin.
5.
Untuk mengetahui cara budidaya ikan patin.
6.
Untuk mengetahui cara pemasaran ikan patin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ikan Patin
KINGDOM : ANIMALIA
Filum : Chordata
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidae
Famili. : Pangasiade
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
Nama local : Ikan Patin
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air
tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru‐biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi
yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan patin
memiliki rasa yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan
seperti pindang, digoreng atau diolah menjadi hidangan lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha
untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai
panjang 35‐40 cm. Sebagai
keluargaPangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk
“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan
oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan
panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna
kebiru‐biruan. Kepala ikan
patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah
(merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang
kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Dibeberapa
daerah sentra penghasil patin lokal, seperti Sumatera dan Kalimantan. Ikan
patin ini dengan mudah ditemui disungai-sungai atau danau. Selain
mengandalkankan penangkapan diperairan umum patin merupakan jenis ikan budidaya
potensial yang banyak dipelihara pembudidaya ikan dipulau Jawa sampai dikawasan
timur Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah
hampir mencakup seluruh wilayah tanah air.
1.
Bergizi Tinggi
Selain rasanya yang enak, nilai protein daging patin juga
tergolong tinggi, mencapai 69,6%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu
3,5%, dan air 59,3%. Adapun bobot ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari
bobot awalnya. Sedangkan filet yang diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg
mencapai 61,7%.
2.
Harga jual
yang Menjanjikan
Patin termasuk
jenis ikan air tawar yang memiliki nilai bernilai ekonomi penting. Harga
jualnya cukup menjanjikan umumnya diatas harga jual rata-rata ikan konsumsi
yang lain. Mahalnya harga jual patin karena rasa dagingnya yang enak, lezat,
dan gurih. Dari semua jenis ikan keluarga lele lelean rasa daging patin boleh
dibilang termasuk yang sangat enak. Tidak mengherankan jika saat ini banyak
rumah makan atau restoran yang menyediakan olahan ikan patin sebagai menu
utamanya.
Bahkan, tidak
sedikit orang yang menjadi fanatik mengkosumsi daging patin khusus di Sumatra,
menu patin yang paling terkenal adalah “patin asam pedas” yang menjadi masakan
favorit masyarakat etnis melayu dan terkenal hingga kenegara tetangga, seperti
Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam, menu lainnya adalah pepes dan sup
patin.
3.Mudah Dibudidayakan
Sebenarnya, budidaya patin tidaklah sesulit dan serumit yang
dibudidayakan selama ini. Selain dapat dipelihara dikolam biasa seperti yang
umun dilakukan pada pembudidayaan ikan lain. Pemeliharaan ikan patin juga dapat
dilakukan diberbagai media lain dilokasi yang terbatas. Misalnya, didalam bak
tembok atau bak fiberglass yang diletakkan didalam ruangan, dikolam tanah yang
dilapisi terpal, atau disaluran air yang diberi pembatas agar ikan tidak kabur.
Sama seperti ikan lele-lele lainnya, patin tidak memiliki sisik, bentuk
kepalanya relative kecil, mulutnya terletak diujung kepala sebelah bawah.
Disudut mulutnya terdapat dau pasang kumis yang berfungsi sebagai alat pencari
pakan dan peraba saat berenang.
B. Syarat
Hidup dan Kebiasaan Hidup
1. Kebutuhan suhu dan alkalinitas
Patin
sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan
hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai
basa (pH tinggi) dengan angka pH 5-9. Pada dasarnya, patin akan tumbuh optimal
jika kandungan oksigen (O2) yang terdapat dalam air berkisa 3-6 ppm,
kadar karbondioksida (CO2) 9-20 ppm, tingkat alkalinitas 80-250, dan
suhu air 28-300 C.
2. Termasuk Hewan Nokturnal
Di
habitat aslinya, ikan ini selalu bersembunyi didalam lubang-lubang, sebagai
ikan nocturnal (aktif pada malam hari), patin baru keluar dari liang
persembunyiannya ketika hari mulai gelap. Kebiasaan lain, ikan ini lebih banyak
menetap didasar perairan daripada muncul dipermukaan air. Karena itu, patin
digolongkan sebagai ikan dasar perairan (demersal). Hal ini dapat dibuktikan
dari bentuk mulutnya yang melebar, seperti mulut ikan-ikan demersal pada
umumnya.
3. Makanan Alami
Secara
alami, makanan patin dialam bebas berupa ikan-ikan kecil, cacing detritus
(mikroba pengurai didasar perairan), serangga, udang-udangan, moluska, dan
biji-bijian. Berdasarkan jenis makananya yang beragam tersebut, patin
dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (omnivora).
C.
Jenis-Jenis Patin
a) Patin
Bangkok
Pada awalnya, jenis patin yang populer dibudidayakan di Indonesia adalah
patin Bangkok atau jambal siam atau patin siam (Pangasius
hyphopthaimus). Patin jenis tersebut merupakan jenis patin yang diproduksi dari
Thailand. Sehingga sering juga disebut dengan lele Bangkok. Patin Bangkok
memiliki keunggulan menghasilkan banyak telur, sehingga secara otomatis
menghasilkan benih yang juga banyak. Namun sayang dagingnya yang merah tidak
begitu disukai oleh pasar ekspor.
b) Patin Jambal
Patin
jambal merupakan jenis patin lokal. Patin ini banyak terdapat dibeberapa sungai
besar di Sumatra dan Kalimantan. Keunggulan patin ini terletak pada ukuran
tubuhnya yang besar dan dagingnya yang berwarna putih, sehingga disukai oleh
pasar ekspor. Namun, jumlah telurnya tidak begitu banyak, sehingga hasil
benihnya pun sedikit.
c) Patin Super Harapan Pertiwi (Pasupati)
Untuk menutupi kekurangan pada kedua jenis patin sebelumnya, para ahli
akhirnya mengawinsilangkan patin siam betina dengan patin jambal jantan. Dari
perkawinan silang ini, dihasilkan patin unggul (Hibrida) yang disebut dengan
patin super harapan pertiwi (pasupati). Keunggulan patin pasupati diantaranya
memiliki daging yang berwarna putih, kadar lemak yang relative rendah, laju
pertumbuhan tubuh yang relatif cepat, dan jumlah telur yang relative banyak.
Daging berwarna putih dan bobot tubuh yang besar diturunkan dari patin jambal,
sedangkan jumlah telur yang relative banyak diturunkan dari patin siam.
D. Cara Budidaya Ikan Patin
1. Pembibitan Ikan Patin
Pembibitan ikan patin
merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan kualitas yang baik dan jumlah
yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit
ikan Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat aslinya
yaitu sungai, rawa, danau dan tempat-tempat lain.
Untuk tujuan komersial bibit harus diupayakan semaksimal
mungkin dengan pembibitan di kolam. Persiapan dan langkah-langkahnya sebagai
berikut :
a.. Memilih calon induk siap pijah
Induk patin
yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus terlebih dahulu
dengan pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi
makanan khusus yang mengandung protein tinggi.
Selain itu,
diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah
ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah
siap dipijahkan adalah sebagai berikut :
1). Induk betina
- Umur tiga tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Perut membesar ke arah anus.
- Perut terasa empuk dan halus
bila di raba.
- Kloaka membengkak dan berwarna
merah tua.
- Kulit
pada bagian perut lembek dan tipis.
- kalau di sekitar kloaka ditekan
akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya
seragam.
2). Induk jantan
- Umur dua tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Kulit
perut lembek dan tipis.
- Bila diurut akankeluar cairan
sperma berwarna putih.
- Kelamin membengkak dan berwarna
merah tua.
b.
Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise
ikan donor Hormon perangsang dibuat dengan menggunakan kelenjar
hipofise ikan mas, kelenjar hipofise dapat ditemukan pada bagian otak
ikan mas.
Setelah
diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk sampai benar-benar halus
dan lebut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades) yang dapat dibeli di
apotik.
c. Kawin suntik (induce breeding)
Setelah kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah
siap, ambil dengan jarum suntik dan disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap dipijahkan. Metode kawin suntik
diterapkan untuk merangsang induk patin betina mengeluarkan telur untuk
selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.
d. Penetasan telur.
Telur yang sudah dibuahi akan
menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama menunggu telur menetas perlu
dipantau kondisi air. Ganti air sebagian dengan air bersih dari sumur.
e. Perawatan larva
- Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium
atau bak berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, bisa dalam ukuran yang lain.
- Setiap akuarium atau bak diisi
dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah
500 ekor per akuarium.
- Aerator ditempatkan pada setiap
akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi.
- Untuk menjaga kestabilan suhu
ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk
menghemat dana.
- Benih umur sehari belum perlu
diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan
berupa yolk sac atau kuning telur.
- Pada hari ketiga, benih ikan
diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus.
Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina
cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
f. Pendederan
Benih Ikan patin
dibesarkan pada kolam tebar atau bak dari semen, lebih bagus pada kolam lumpur
karena mengandung banyak plankton dan fitoplankton sebagai pakan alami.
g. Pemanenan ( bagi yang jual benih ikan )
Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
2. Pemeliharaan dan Pembesaran
Pemeliharaan
Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi
dalam berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa panen
menyesuaikan dengan permintaan pasar. Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil
sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah
mencapai bobot 600-700 gram.
Ikan Patin
akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup
baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir,
tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik.
Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:
- Makanan alami yang diperoleh
dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya
pemeliharaan.
c. Penanganan Hama Dan Penyakit
- Salah satu kendala dan masalah
Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan
patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain
lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung.
- Cegah akses masuk hama tersebut
ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama
tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu.
- Penyakit ikan patin ada yang
disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit
yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit
non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya
timbul karena gangguan organisme patogen.
d. Pemanenan Ikan Patin
- Pemanenan adalah saat yang
ditunggu pada budidaya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga
perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami
kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budidaya ikan patin
sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang
salah.
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan
ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir
kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong maka ikan patin
akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan
- karena ikan tetap mendapatkan
air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
- Pemasaran Ikan Patin dalam
bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu
diusahakann menjual dalam bentuk ini.
E.
Pengendalian Hama penyakit dalam
Budidaya Ikan Patin
Penyakit ikan patin ada yang
disebabkan infeksi dan non‐infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul
akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non‐infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi
biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan
infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan
patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat
serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih
patin yang mati, terutama benih yang berumur 1‐2
bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara
lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan. Beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini
sebaiknya diperhatikan.
a.
Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih)
disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus
multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue
konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit
dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan
tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang‐ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit jamur
Penyakit
jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini
biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur
adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan
patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan
dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan
ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya
di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2‐3
g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan
larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut‐
turut.
c.
Penyakit Bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi
ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo‐monas sp.
Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di
bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang
ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan‐ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas
sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan
beberapa cara pengobatan. Antara lain:
1. Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK)
10‐20 ppm selama 30‐60
menit,
2.
Merendam ikan dalam larutan
nitrofuran 510 ppm selama 12‐24 jam, atau
2) Penyakit non‐infeksi
Penyakit non‐infeksi
banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh
banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau
karena pencemaran lingkungan perairan. Gejala keracunan dapat diidentifikasi
dari tingkah laku ikan.
a) Ikan akan lemah, berenang megap‐megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan
berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan
kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah
dan berkembang tidak normal.
b) Kendala yang sering dihadapi
adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan
banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1‐2
bulan.
c) Penyakit ini dapat membunuh ikan
dalam waktu singkat.
d) Organisme ini menempel pada tubuh
ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti
bintik‐bintik putih
F. Pemasaran
Konsep
marketing atau yang lebih dikenal dengan pemasaran merupakan salah satu hal
yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan dalam menjalankan sebuah Usaha
Ikan Patin. Baik peluang bisnis baru maupun bisnis yang telah lama dirintis,
baik bisnis kecil maupun yang telah berkembang sekalipun tidak bisa dipisahkan
dari hal itu. Semuanya membutuhkan konsep marketing untuk mengembangkan Usaha
Ikan Patin yang dijalankan. Berbicara tentang konsep marketing, maka
sesungguhnya kita sedang membicarakan bagaimana strategi pemasaran produk yang
kita jual.
Berikut ini kita bahas prinsip dan
strategi dasar untuk memasarkan Usaha Ikan Patin yang baru anda buka itu. Cara
yang dapat dilakukan diantaranya yaitu dengan melakukan promosi yang efektif
dan terukur, yang dimaksud di sini adalah mengukur efektifitas promosi misalnya
dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada setiap pelanggan
yang datang, dari manakah dia tahu informasi mengenai Usaha Ikan Patin kita,
lalu selanjutnya membuat paket produk, yang dimaksud di sini adalah membuat
paket-paket produk yang dapat membuat
calon konsumen mempunyai lebih banyak pilihan untuk itu cobalah anda membuat
banyak pilihan produk yang bisa dipilih oleh para konsumen
Meningkatkan strategi
pemasaran bisnis juga bisa dilakukan dengan cara menentukan target pemasaran
dan mencari kira-kira peluang Usaha Ikan Patin apa saja bisa dicari dan
potensial untuk dikembangkan, selanjutnya yaitu menentukan harga produk hal ini
sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan bisnis yang sedang anda jalani,
lalu lakukan berbagai macam cara promosi,dan ini bisa anda lakukan dengan
menyebar brosur, pamflet, bisa juga menggunakan media internet dengan cara
memasang website yang sesuai dengan produk bisnis yang anda jalankan.
Keberhasilan suatu Usaha Ikan Patin tak hanya ditentukan
oleh faktor pemasaran tapi juga sering
ditentukan oleh faktor perencanaan. Sering dikatakan bahwa
perencanaan yang baik
menjadikan suatu pekerjaan
telah selesai. Pengertian baik
adalah jika perencanaan
yang dibuat tepat
(alasan, tujuan, kegunaan, sasaran, metode, relevan), efektif
(dapat dilaksanakan) dan efisien (waktu tenaga dan biaya). Perencanaan
sebaiknya tertulis, karena dokumen merupakan hal yang penting, juga ingatan
manusia sifatnya terbatas. Oleh karena itu dalam membuat perencaan bisnis
haruslah sebagus mungkin dan dipikir secara matang.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikan
patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru‐biruan. Ikan patin dikenal sebagai
komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan
patin memiliki rasa yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan
seperti pindang, digoreng atau diolah menjadi hidangan lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha
untuk membudidayakannya. Patin juga mengandun gizi tinggi, selain rasanya yang
enak, nilai protein daging patin juga tergolong tinggi, mencapai 69,6%.
Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3%. Adapun bobot
ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari bobot awalnya. Sedangkan filet yang
diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg mencapai 61,7%. Syarat
Hidup dan Kebiasaan Hidup ikan patin antara lain: Kebutuhan suhu dan
alkalinitas, Termasuk Hewan Nokturnal dan makanan alami. Terdapat jenis jenis
patin antara lain: Patin Bangkok, Patin Jambal, dan Patin Super Harapan Pertiwi
(Pasupati).
Penyakit ikan patin ada yang
disebabkan infeksi dan non‐infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul
akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non‐infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi
biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
B. Saran
Dalam memulai kegiatan pembudidayaan
ikan patin sebaiknya mengikuti petunjuk atau penuntun yang telah ada sebelumnya
agar hasil yang di peroleh lebih maksimal dan resiko kegagalan usaha dapat
diminimalisir sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Heru. 1999. Budi Daya Ikan Patin. Jakarta:Penebar
Swadaya.
http://rianablog1.blogspot.com/2014/05/budidaya-ikan-patin.html. akses 25 Oktober
2018, pukul 17.00 Wib.