MAKALAH
PEMBENIHAN IKAN KONSUMSI
DISUSUN
OLEH :
1.
Abdul Latief
|
2.
Karina Retnoning Tyas
|
3.
Lisatalia
|
4.
Marini Dwi Anggraini
|
5.
Muhammad Yusuf Adama
|
6.
Nasywa Annisa Syaisa
|
7.
Rifda Dya A Shilla
|
Kelas
|
:
|
XI
MIPA 4
|
Guru Pembimbing
|
:
|
Irna
Yuliana, S. Pd., M.Si
|
SMA
NEGERI 4 PALEMBANG
TAHUN
AJARAN 2019/2020
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat
serta salam semoga terlimpah curahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT karena atas limpahan nikmat sehatnya-Nya penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah ini sebagai tugas prakarya dan Kewirausahaan dengan judul
“Proses Pembenihan Ikan Nila”.
Penulis tentu masih menyadari masih
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,untuk itu penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat kesalahan
dalam makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak khususnya Ibu Irna Yuliana, S. Pd., M.Si yang telah
membimbing kami untuk merampungkan hasil dari makalah ini.
Jum’at,
20 September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................1
KATA
PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR
ISI............................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................................4
1.2
Tujuan................................................................................................................5
1.3
Manfaat..............................................................................................................5
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Klasifikasi dan Morfologi ikan nila...................................................................6
2.2
Pemilihan Lokasi Kolam..................................................................................11
2.3
Pembesaran Ikan Nila di Kolam Air Tenang...................................................11
2.4
Lokasi Kolam dan Persiapan Kolam................................................................12
2.5
Sarana Budidaya...............................................................................................13
2.6
Pembenihan dan Pemijahan Benih...................................................................14
2.7
Pemberian Pakan..............................................................................................17
2.8
Pembesaran......................................................................................................20
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan......................................................................................................21
3.2
Saran.................................................................................................................22
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................23
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki jumlah perairan yang sangat luas dan berpotensi
menjadi budidaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan meliputi
keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan. perairan tawar menjadi salah
satu perikanan yang cukup potensial dan prospek yang tinggi. Salah satu
perikana air tawar yaitu Ikan Nila adalah salah satu ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan di seluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup
populer. Penyebabnya yaitu ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan
air tawar yang telah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan
pemerhati masalah perikanan didunia, terutama berkaitan dengan usaha
peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. (Khairuman
dan Khairul, 2003).
Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya
terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara
berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi
rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang cepat
berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep tersebut
meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi masyarakat
pada Perang Dunia II berlangsung.
Hal ini dapat tercapai dengan mudah karena tingkat produktivitas dan
kemampuan berkembang biak ikan mujair cukup tinggi. Namun, dalam hal ukuran
tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang menguntungkan untuk diusahakan karena
bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak dapat diupayakan lagi peningkatannya.
Karena itu, fokus perhatian kemudian dialihkan kepada ikan nila yang mampu
mencapai bobot tubuh jauh lebih besar dan tingkat produktivitasnya juga cukup
tinggi. Dengan demikian, penilaian tentang ikan nila sebagai ikan yang memiliki
laju pertumbuhan cepat didunia perikanan. Dalam perkembangannya, para peneliti
ternyata tidak puas dengan hanya menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila
lokal yang sudah terbukti memiliki laju pertumbuhan jauh lebih cepat
dibandingkan ikan mujair (Khairuman dan Khairul, 2003).
Pembenihan air tawar merupakan salah satu prosedur paa budidaya ikan
nila. pembenihan memerlukan pekerjaan yang sangat intensif karena prosedur
tersebut merupakan fase sangat kritis alam budidaya. oleh sebab itu pembenihan
ikan nila menjadi sangat penting untuk budiaya ikan nila.
1.2. Tujuan
2.
Mengetahui cara budidaya ikan nila
3.
Mengetahui cara pembenihan pembibitan
ikan nila
4.
Mengetahui sarana prasarana dan
peralatan yang dibutuhkan
1.3.
Manfaat
1. Menyatakan
pendapat tentang keragaman sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya ikan
asli Indonesia (endemik), sebagai ungkapan rasa bangga dan wujud rasa syukur
kepada Tuhan serta bangsa Indonesia.
2. Merancang
kegiatan budidaya ikan, berdasarkan orisinalitas ide yang jujur dari diri
sendiri.
3. Mengetahui
teknologi baru (tepat guna) yang digunakan untuk meningkatkan hasil budidaya
ikan yang ramah lingkungan.
4. Mengetahui
teknologi baru (tepat guna) yang digunakan untuk meningkatkan hasil budidaya
ikan yang ramah lingkungan.
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan nila
a) Klasifikasi
Ikan Nila.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub
Filum : Vertebrata
Kelas
: Pisces
Sub
Kelas : Teleosin
Ordo
: Percormorphii
Sub
Ordo : Percoidae
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis Niloticus
Common
Name : Nile Tilapia
Local
Name : Nila
b) Morfologi
Ikan Nila
Ikan Nila memiliki bagian tubuh
yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya
ctenoid, gurat sisi terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik
abu-abu kecoklatan (nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut
terletak di ujung mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari
sirip punggung yang keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna
kemerahan. (Suyanto, 1993).
Ikan nila memiliki ciri pada tubuh
secara fisik perbandingannya adalah 2:1 antara panjang dan tinggi. Sirip
punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan pada bagian anal
terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan
dengan beberapa pita hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar
kelihatan pada saat ikan dewasa. (Satyani, 2001).
Untuk membedakan antara jantan dan
betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh
ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan
menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip
memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang
kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk
keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang saluran telur dan
berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni (Hasni, 2008).
c) Anatomi
Ikan Nila.
Sedangkan menurut
Djuanda (1989), system anatomi ikan nila memiliki fungsi masing-masing, yaitu:
1. Sistem pelindung : Kulit
2. Sistem otot : Penggerak otot
3. Sistem rangka : Pelindung organ
dalam
4. Sistem pernafasan : Ekskresi dan Sekresi
5. Sistem peredaran darah : Sirkulasi
6. Sistem pencernaan : Metabolisme
7. Sistem saraf : Penyusun
8. Sistem Hormon : Pengendali
9. Sistem Reproduki : Perkembangbiakan
d) Sistem
pencernaan ikan Nila
Menurut
Ikbal (2007), langakah-langkah proses pencernaan adalah :
1. Pencernaan
di mulut, rongga mulut, makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan
dibasahi oleh saliva.
2. Disalurkan
melalui faring dan esophagus
3. Pencernaan
di lambung dan usus halus
4. Absorbs
air dalam usus besar, sisa makanan menjadi feses
5. Feses
dikeluarkan melalui kloaka
e) Sistem
Ekskresi ikan Nila.
Tubuh ikan air tawar
lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat
permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin yang
dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air
masuk secara osmosis lewat permukaan tubuhnya
Konsentrasi larutan
dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah masuknya
air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis
melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada
insang
f) Sistem
Reproduksi ikan Nila
Pada ikan betina
mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung
telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung
kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan
ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan
Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga
perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan
oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh
induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian
mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas
3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut
mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai
cadangan makanan untuk awal kehidupannya
g) Jenis,
Bagian dan Fungsi Sisik
Sisik ikan terdiri dari
dua lapisan, yaitu lapisan luar tipis merupakan epidermis dibentuk oleh sel-sel
epithelial. Pada epidermis diketemukan kelenjar-kelenjar yang dapat
mengeluarkan lendir. Lapisan di bawahnya adalah dermis, kutin, dan klorium.
Sisik ikan terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan yang lentur dan saling
tumpang tindih. Ada empat jenis tipe sisik, yaitu plakoid, ganoid, sikloid, dan
stenoid. Sisik ganoid berbentuk rhombis, pada permukaannya terdapat lapisan
dentin yang disebut ganoin.
Ada
beberapa lapisan denti yang dikenal, yaitu:
1. Sisik
kosmoid merupakan sisik ikan ada bangsa Crossopterygi yang telah punah
2. Sisik
ganoid
3. Sisik Planoid
4. Sisik
Leptoid
Bentuk badan ikan nila
adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 5-11 buah,
garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip
punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua
bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak dibawahnya. Letak linea
literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 5 buah. Tipe
sisik adalah etenoid. Bentuk ekor berpinggiran tegak
h) Habitat
ikan Nila.
Ikan nila mempunyai
habitat diperairan tawar, seperti sunga, danau, waduk dan rawa, tetapi karena
toleransinya yang luas terhadap salinitas, sehingga ikan dapat pula hidup dan
berkembang biak di perairan payau dan laut. Salinitas yang disukai antara 0-35
promil. Ikan nila air tawar dapat dipindakan ke air asin dengan proses adaptasi
yang bertahap. Kadar garam air dinaikan
sedikit demi sedikit. Berkaitan dengan habitatnya, ikan nila yang masih kecil
lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah
besar (Suyanto,2003).
Panggabean
(2009), menambahkan kualitas air yang sesuai dengan habitat ikan nila sebagai
berikut :
-
Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan
nila berkisar antara 6- 8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah
antara 7-8.
-
Suhu air yang optimal berkisar antara
25-30 derajat C.
-
Kadar garam air yang disukai antara 0-35
per mil.
2.2 Pemilihan Lokasi
Kolam
Lokasi
kolam yang baik untuk pembesaran Ikan Nila (oreochormis niloticus) harus
memenuhi persyaratan :
1.
Tersedianya saluran pemasukan air dan
pengeluaran air selama masa pemeliharaan.
2.
Kualitas air yang baik adalah pH
(derajat keasamannya) 5-7, suhu air 27-30 0C, oksigen terlarut (DO) berkisar 5
mg/1 pada suhu 20-21 0C, Karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 12 ppm dan
kecerahan kolam (Cholik, dkk. 1991).
3.
Kondisi tanah yang baik adalah tanah
liat/lempung dengan sedikit kandungan pasir untuk menahan air masa air yang
besar dan tidak merembesnya kolam.
2.3 Pembesaran Ikan
Nila (oreochormis niloticus) di Kolam Air Tenang
Pembesaran Ikan Nila
(oreochormis niloticus) sistem air tenang (monokultur) membutuhkan kolam
minimum 100 m2, kontruksi kolam disesuaikan kondisi lahan. Kedalaman kolam minimal
1 meter dan tanggul harus kuat agar mampu menahan air. Agar sirkulasi air
lancar, kolam juga harus memiliki pipa pemasukan air maupun pengeluaran air
yang disaring agar mencegah masuknya predator melalui pipa.
Banyak sedikitnya benih
Ikan Nila (oreochormis niloticus) yang akan ditebar harus disesuaikan dengan
kolam berapa ukuran panjang dan lebar kolam pemeliharaan yang tersedia. Hal ini
dilakukan untuk menjaga agar padat tebar Ikan Nila (oreochormis niloticus) di
kolam sesuai dengan keperluan sehingga perkembangan pembesaran ikan nila dapat
maksimum.
2.4 Lokasi Kolam dan
persiapan kolam
Tofografinya daerah
daratan rendah dan jenis tanahnya agar liat yang bercampur dengan gambut
sehingga untuk pembuatan kolamnya harus memiliki kedalaman yang cukup untuk
dapat menampung air.
Langkah-langkah
dilakukan dalam persiapan kolam yaitu sebagai berikut :
1.
Pengeringan dasar kolam, pengeringan
mutlak dilakukan karena berfungsi menghilangkan senyawa beracun saerta membasmi
hama dan penyakit ikan, juga untuk memperbaiki pematang yang longsor dengan
cara menambal dengan tanah bagian berlubang, serta perbaikan pintu pemasukan
dan pengeluaran air jika ada yang tidak berfungsi misalnya saringan yang rusak
atau koyak, untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam kolam, mengikuti arus air,
seperti ikan gabus, belut dan sebagainya.
2.
Pengapuran, digunakan kapur dolomit
bertujuan untuk memperbaiki kualitas dasar kolam. Takaran yang dianjurkan 250
gr/m2 – 500 gr/m2 luas kolam. Untuk kolam seluas 100 m2, dosis kapur yang
disebar 25000 gr – 50.000 gr atau 25 – 50 kg. Biarkan selama 5 sampai 7 hari.
3.
Pemupukan, dilakukan untuk menumbuhkan
makanan alami yang sangat dibutuhkan, baik oleh benih maupun induk di kemudian
hari. Sangat dianjurkan pupuk berupa kotoran unggas yang sudah menjadi tanah.
Dengan takaran 250 gr/m2 – 500 gr/m2 ; pupuk di sebar merata di dasar kolam.
4.
Untuk kolam seluas 100 m2 harus
disediakan pupuk kandang antara 25.000 gr – 50.000 atau 25 kg atau 50 kg.
Dibiarkan selama 7 hari.
5.
Pengisian air, setelah persiapan selesai
masukkan air kedalamnya hingga ketinggian 10 cm dan biarkan selama beberapa
hari agar makanan alami tumbuh. Kemudian, pemasukan air ditambah lagi sampai
mencapai ketinggian 100 Cm.
2.5 Sarana Budidaya
Alat/sarana
yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya adalah hampir sama semua, misalnya :
1. Kapur
dolomit
Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH
kolam dan mengendapkan lumpur yang baru dibuat.
2. Pupuk
kandang
Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam
ditumbuhi oleh makanan alami dan membuat kolam menjadi subur.
3. Benih
ikan
Benih ikan didapatkan dari Balai Benih
yang ada yaitu dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten, ukuran benih yang
ditebarkan ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang seragam.
4. Pakan
ikan
Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan
pabrik) yaitu ukuran pakan No. 1 (satu) yaitu PF 118 dengan kandungan Protein 30 %.
2.6 Pembenihan Dan Pemijahan
Benih
Pembenihan ikan nila
merupakan usaha budidaya yang sangat produktif. Meskipun jumlah telurnya
relatif sedikit, namun frekuensi pemijahan ikan nila cukup sering. Ikan ini
bisa dikawinkan setiap bulan, sampai usia produktifnya habis.
Ikan nila mudah memijah
secara alami. Bahkan ikan ini gampang sekali memijah secara liar di kolam-kolam
budidaya. Tidak seperti ikan mas atau ikan lele yang memerlukan banyak
rekayasa. Pengaturan hanya diperlukan untuk mengelola agar pemijahan
berlangsung terkendali.
Dengan pengelolaan yang
tepat, pembenihan ikan nila akan menjadi usaha yang menguntungkan. Pada
kesempatan kali ini akan diulas apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memulai
pembenihan ikan nila.
Tempat pembenihan ikan
nila
Hal pertama yang harus
disiapkan dalam pembenihan ikan nila adalah penyiapan tempat atau kolam
budidaya. Terdapat empat tipe kolam yang dibutuhkan untuk pembenihan ikan nila,
diantaranya:
1.
Kolam pemeliharaan indukan. Kolam ini
digunakan untuk memelihara indukan jantan dan betina. Ikan jantan dan betina
harus ditempatkan di kolam yang berbeda. Sehingga dibutuhkan setidaknya dua
kolam pemeliharaan induk. Kolam tidak perlu terlalu luas, hnaya saja harus
cukup dalam untuk ikan dewasa, sekitar 100-140 cm.
2.
Kolam pemijahan. Kolam pemijahan
digunakan untuk mengawinkan induk jantan dan betina. Jenis kontruksi kolam
pemijahan ikan nila sebaiknya berlantai dasar tanah. Dasar kolam dilengkapi
dengan kubangan-kubangan atau kemalir.
3.
Kolam pemeliharaan larva. Kolam ini
diperlukan untuk memelihara larva ikan yang baru menetas. Tipe kolam yang
digunakan bisa bak semen, kolam tanah
atau hapa. Hapa merupakan jaring yang halus seperti kelambu yang dibuat
mengapung di atas kolam. Persis seperti jaring apung di danau, namun ukurannya
kecil. Hapa bisa diletakan di kolam pemijahan.
4.
Kolam pendederan benih. Kolam ini
diperlukan untuk membesarkan benih ikan sampai ukuran 10-12 cm. Atau, sampai
ikan nila kuat untuk dibesarkan di kolam budidaya pembesaran.
Pemilihan indukan ikan
nila
Calon indukan untuk
pembenihan ikan nila hendaknya menggunakan galur murni yang secara genetis
memiliki sifat-sifat unggul. Dewasa ini indukan nila yang beredar di masyarakat
banyak yang sudah mengalami penurunan kualitas. Untuk mendapatkan indukan yang
unggul, sebaiknya cari di tempat-tempat terpercaya seperti, BBPBAT atau
balai-balai perikanan setempat.
Indukan nila matang
gonad atau sudah siap memijah, harganya cukup mahal. Untuk itu, kita bisa
memelihara calon indukan sedari kecil hingga ikan siap untuk dipijahkan. Adapun
ciri-ciri calon indukan nila yang baik adalah sebagai berikut:
◾Merupakan
galur murni dan berasal dari keturunan yang berbeda.
◾Kondisinya
sehat dan bentuk badannya normal (tidak cacat).
◾Sisik
besar, susunannya rapi.
◾Bagian
kepala relatif kecil dibandingkan badannya.
◾Badan
tebal dan warnanya mengkilap.
◾Gerakannya
lincah, responsif terhadap pemberian pakan.
Ikan nila betina
memasuki matang gonad setelah berumur 5-6 bulan. Induk betina yang akan
dipijahkan setidaknya telah mencapai bobot 200-250 gram dan untuk induk jantan
250-300 gram.
Seperti telah
disebutkan sebelumnya, ikan nila termasuk ikan yang jumlah telurnya sedikit.
Satu induk betina seberat 200-250 gram hanya mengandung telur 500-1000 butir.
Dari jumlah tersebut yang menetas menjadi larva biasanya berkisar 200-400 ekor.Masa
produktivitas indukan untuk pembenihan ikan nila berkisar 1,5-2 tahun. Indukan
yang sudah dibenihkan lebih dari 2 tahun sebaiknya diganti dengan yang baru.
Karena kualitas dan kuantitas anakannya akan menurun. Induk ikan nila yang
telah memijah siap dipijahkan kembali setelah 3-6 minggu.
Pemeliharaan indukan
Induk jantan dan betina
yang disiapkan untuk pembenihan ikan nila harus dipelihara di kolam terpisah.
Induk betina disatukan dengan betina lainnya, begitu pula dengan induk jantan.
Padat tebar untuk kolam pemeliharaan induk sekitar 3-5 ekor/m2.
Kolam pemeliharaan
induk jantan dan betina harus memiliki sumber pengairan yang berbeda (disusun
seri). Buangan air dari kolam jantan tidak masuk ke kolam betina dan
sebaliknya. Hal ini untuk menghindari terjadinya pemijahan liar. Misalnya,
sperma jantan terbawa ke kolam betina sehingga terjadi pembuahan.
Pemijahan ikan nila
Seperti sudah diuraikan
sebelumnya, ikan nila sangat gampang memijah secara alami. Pemijahan ikan nila
intensif biasanya dipakai untuk memproduksi benih dalam jumlah besar. Karena
untuk membangun infrastrukturnya membutuhkan modal besar. Kali ini kami hanya
akan mengulas pemijahan ikan nila secara alami.Dasar kolam pemijahan ikan nila
sebaiknya dibuat miring sekitar 2-5%. Kemudian buat kemalir atau kubangan di
dasar kolam tersebut sedalam 20-30 cm sebagai lokasi-lokasi ikan memijah.
Sebelum ikandimasukkan
ke kolam pemijahan, lakukan pengolahan dasar kolam terlebih dahulu. Silahkan
lihat cara persiapan kolam tanah.
Pemijahan ikan nila
dilakukan secara massal. Indukan jantan dan betina ditebarkan ke kolam
pemijahan secara bersama-sama. Padat tebar kolam pemijahan sebanyak 1 ekor/m2,
dengan perbandingan jantan dan betina 1:3.Selama proses pemijahan, berikan
pakan seperti di kolam pemeliharaan induk. Pemijahan ikan nila biasanya akan
berlangsung pada hari ke-7 sejak indukan ditebar.
Pemijahan berlangsung
di dasar kolam, biasanya dalam kubangan atau cekungan. Apabila terjadi
kecocokan, telur yang dikeluarkan induk betina akan dibuahi oleh ikan jantan.
Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut induk betina.
Selama proses
pengeraman telur, induk ikan betina biasanya berpuasa. Maka, sebaiknya
pemberian pakan dikurangi hingga tinggal setenganya. Hal ini penting untuk
menekan ongkos produksi dan mencegah pembudukan sisa pakan di dasar kolam.
Proses pengeraman
biasanya berlangsung sekitar satu minggu. Telur akan mentas menjadi larva ikan.
Bila induk betina merasa kolam ditumbuhi pakan alami ikan, ia akan mengeluarkan
larva dari mulutnya secara serempak. Oleh karena itu, dalam selama proses
persiapan kolam penting untuk memupuk dasar kolam agar pakan alami ikan tumbuh.
Larva ikan yang baru
menetas akan berenang ke pinggir kolam. Segera ambil dengan saringan halus dan
pindahkan ke tempat pemeliharaan larva.
2.7 Pemberian Pakan
Pakan diperlukan untuk perawatan induk
ikan nila unggul. Persyaratan pakan :
·
Pakan yang diberikan berupa pelet yang
memiliki kadar protein antara 28 - 35% dengan kandungan lemak tidak Iebih dan
3%.
·
Banyaknya pelet sebagai pakan induk
berkisar l - 3% berat biomassa per hari. Dalam praktik di lapangan, banyaknya
pakan pelet berkisar antara 0,1 - 1% berat biomassa per hari tergantung tahapan
kegiatan pembenihan yang sedang dilakukan dan ketersediaan pakan alami. Berat
biomassa diketahui dengan pengambilan sampel 10 ekor ikan nila. Sampel tersebut
ditimbang dan dicari rata-rata beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh
dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di kolam. Contoh, berat rata-rata ikan 220
gram dengan jumlah ikan 90 ekor, maka berat biomassa 220 x 90 = 19 800 gram.
Jumlah ransum per hari 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2 - 3
kali sehari.
·
Pemberian vitamin E dan C yang berasal
taoge atau bahan lain berupa daun-daunan atau sayuran yang diiris-iris untuk
pembentukan telur ikan selama pemeliharaan induk.
·
Dedak halus dan bekatul dapat diberikan
sebagai pakan. Bahan pakan tersebut dapat menambah kesuburan kolam Penambahan
pakan alami di kolam dilakukan dengan cara menggantungkan karung pupuk di
bagian tertentu pada kolam dengan terlebih dahulu melubanginya. Cara ini
bertujuan supaya pembusukan yang berlangsung di dalam karung tidak mengganggu
kualitas air. Dalam beberapa hari berselang, biasanya di sekitar karung akan
tumbuh plankton.
Dalam memproduksi benih
ikan nila unggul diperlukan penerapan teknologi yang tepat guna. Pertumbuhan
ikan nila unggul jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh
berbeda. Ikan nila jantan 40% Iebih cepat tumbuh daripada nila betina. Jika
sudah mencapai ukuran 200 gram, pertumbuhan nila betina semakin lambat,
sedangkan nila jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala
saat memproyeksikan produksi.
Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, perlu dilakukan budi daya ikan nila unggul secara
tunggal kelamin (monosex culture), yaitu hanya ikan jantan saja yang dipelihara
hingga mencapai ukuran konsumsi. Teknologi memproduksi benih jantan
(maskulin/sasi) dengan rangsangan hormon merupakan suatu proses pembentukan
jenis kelamin jantan. Saat masih berbentuk larva atau berumur 7 - 19 hari, nila
dirangsang dengan hormon Metil Testosterone (MT) untuk membentuk jenis kelamin
jantan. Maskulinisasi dapat dilakukan 2 cara, yaitu rangsangan hormon melalui
perendaman dan perlakuan pakan berhormon.
Melalui cara
perendaman, hormon dilarutkan dalam air dengan dosis 5 - 10 mg/l air + 2,5 ppt
dimetilsulphoxide. Selanjutnya, larva ikan berumur 7 hari (burayak) direndam
dalam larutan tersebut. Pemberian pakan berhormon diawali dengan pemilihan
induk jantan dan betina. Induk jantan yang digunakan berukuran ± 200 g/ekor (±
umur 4 bulan) sebanyak 6 ekor, sedangkan induk betina berukuran ± 150 g/ekor (±
umur 4 bulan) sebanyak 18 ekor.
Induk ikan nila unggul
ditebar di dalam kolam pemijahan dengan perbandingan 1: 3 (1 ekor jantan dan 3
ekor betina). Dalam kolam pemijahan dibutuhkan ± 3 petakan kolam. Pada tiap
petakan diletakkan 2 - 3 buah pen (pagar, kalasey) untuk pemijahan induk.
Sebelum hormon ditambahkan ke dalam pakan, terlebih dahulu dilarutkan dalam
alkohol. Volume alkohol disesuaikan dengan dosis hormon, misalnya 70% dan 95%.
Hormon metil
testosterone ditakar sebanyak 15 mg (± 1/8 bagian sendok teh). Volume alkohol
70% terdiri atas 15 mg MT : 9 ml alkohol (± ½ strip batang korek api). Volume
alkohol 95% terdiri atas 15 mg hormon MT: 7,5 ml alkohol. Alkohol diukur dalam
gelas minum biasa. Larutan hormon-alkohol tersebut dituangkan dalam pakan atau
pelet yang sudah dihaluskan terlebih dahulu sedikit demi sedikit.
Sebagai patokan dasar,
pelet yang dibutuhkan sebanyak 1 kg/dosis hormon, sehingga dosis hormon MT
dalam pakan menjadi 15 mg hormon MT dalam 1 kg pelet halus. Adonan tersebut
diangin-anginkan sampai betul-betul kering dan bau alkohol hilang. Setelah itu,
adonan dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup dan dapat disimpan selama 2
bulan.
Setelah induk betina
mulai melepaskan larva ke luar dari mulut (rnulai 7. hari, maka larva-larva
tersebut dapat segera ditangkap dipelihara dalam kolam pendederan. Selanjutnya,
pakan berhormon diberikan selama ± 1 bulan pemeliharaan larva sebanyak 10% dari
berat total larva. Stelah kurun waktu tersebut, larva atau benih telah
terbentuk jenis kelaminnya hingga penggunaan yang lalu lama tidak memengarui
pembentukan jenis kelamin bahkan dapat membahayakan jika digunakan terus untuk
pembesaran ikan (ikan konsumsi). Dari hasil penelitian BPTP sulut menunjukkan
bahwa persentasi benih jantan yang terbentuk mencapai 93% dengan tingkat
kematian benih rata-rata 10%.
2.8 Pembesaran
Kolam untuk membesarkan
Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) harus dipersiapkan lebih dulu dengan cermat,
baik itu meliputi pengolahan dasar kolam, pengeringan, pemupukan, pengapuran
dan penggenangan air selama 5-7 hari agar diperoleh hasil panen yang optimal.
Juga pakan tambahan dari luar berupa pellet berkadar protein 25% diberikan
setiap hari sebanyak 3-5% dari bobot ikan keseluruhan diberikan 3 kali perhari,
pagi, siang dan sore.
Jika selama pemeliharaan
berjalan normal dalam tempo 6-7 bulan dengan berat hasil panen mencapai 250-350
gr/ekor, sudah dapat di konsumsi
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan
Nila (Oreochormis Niloticus) mempunyai prospek yang cukup baikdikembangkan,
karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan rasanya yang gurih
serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil
budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.
Pemeliharaan Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) di kolammerupakan salah satu cara budidaya ikan yang
mudah dikembangkan di Kabupaten Kapuas karena wilayahnya yang banyak air dan
sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai
alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga. Makanan bagi Ikan
Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau menyantap segala
jenis makanan alami ataupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun
ampas tahu ia mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan
pemakan campuran (omnivora). Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan
Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapatdi
budidayakan (pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain :
i.
Sistem air deras
ii.
Keramba
iii.
Jaring terapung
iv.
Longyam
v.
Kolam air tergenang (stagnat water).
Oleh karena
dibudidayakan dengan banyakcara itulah, maka Ikan Nila (Oreochormis Niloticus)
dapat dijadikanalternatif pemilihan usaha.
3.2 Saran
Selama masa
pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Cara
yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap
langsung hewanliar/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.Sedangkan
penyakit ikan dapat dicegah dengan pengapuranyang seimbang untuk mempertahankan
kualitas air, serta diupayakan suhu air tidak kurang dari 280C.
DAFTAR PUSTAKA
Sangattt membantu
BalasHapusMakasih berkat makalah ini makalahh saya dapat terselesaikan
BalasHapus