Selasa, 15 Oktober 2019

Makalah Pembenihan Ikan Nila


MAKALAH PEMBENIHAN IKAN KONSUMSI



DISUSUN OLEH :
1.     Abdul Latief
2.     Karina Retnoning Tyas
3.     Lisatalia
4.     Marini Dwi Anggraini
5.     Muhammad Yusuf Adama
6.     Nasywa Annisa Syaisa
7.     Rifda Dya A Shilla


Kelas
:
XI MIPA 4
Guru Pembimbing
:
Irna Yuliana, S. Pd., M.Si


SMA NEGERI 4 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR
            Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
           Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan nikmat sehatnya-Nya penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas prakarya dan Kewirausahaan dengan judul “Proses Pembenihan Ikan Nila”.
          Penulis tentu masih menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.
         Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya Ibu Irna Yuliana, S. Pd., M.Si yang telah membimbing kami untuk merampungkan hasil dari makalah ini.
                                                           

                                                                        Jum’at, 20 September 2019


                                                                     Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL...............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................5
1.3 Manfaat..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan nila...................................................................6
2.2 Pemilihan Lokasi Kolam..................................................................................11
2.3 Pembesaran Ikan Nila di Kolam Air Tenang...................................................11
2.4 Lokasi Kolam dan Persiapan Kolam................................................................12
2.5 Sarana Budidaya...............................................................................................13
2.6 Pembenihan dan Pemijahan Benih...................................................................14
2.7 Pemberian Pakan..............................................................................................17
2.8 Pembesaran......................................................................................................20

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................21
3.2 Saran.................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
    Indonesia memiliki jumlah perairan yang sangat luas dan berpotensi menjadi budidaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan meliputi keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan. perairan tawar menjadi salah satu perikanan yang cukup potensial dan prospek yang tinggi. Salah satu perikana air tawar yaitu Ikan Nila adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Penyebabnya yaitu ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan didunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. (Khairuman dan Khairul, 2003).
    Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang cepat berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep tersebut meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi masyarakat pada Perang Dunia II berlangsung.
    Hal ini dapat tercapai dengan mudah karena tingkat produktivitas dan kemampuan berkembang biak ikan mujair cukup tinggi. Namun, dalam hal ukuran tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang menguntungkan untuk diusahakan karena bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak dapat diupayakan lagi peningkatannya. Karena itu, fokus perhatian kemudian dialihkan kepada ikan nila yang mampu mencapai bobot tubuh jauh lebih besar dan tingkat produktivitasnya juga cukup tinggi. Dengan demikian, penilaian tentang ikan nila sebagai ikan yang memiliki laju pertumbuhan cepat didunia perikanan. Dalam perkembangannya, para peneliti ternyata tidak puas dengan hanya menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila lokal yang sudah terbukti memiliki laju pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan ikan mujair (Khairuman dan Khairul, 2003).
    Pembenihan air tawar merupakan salah satu prosedur paa budidaya ikan nila. pembenihan memerlukan pekerjaan yang sangat intensif karena prosedur tersebut merupakan fase sangat kritis alam budidaya. oleh sebab itu pembenihan ikan nila menjadi sangat penting untuk budiaya ikan nila.
1.2.  Tujuan
2.     Mengetahui cara budidaya ikan nila
3.     Mengetahui cara pembenihan pembibitan ikan nila
4.     Mengetahui sarana prasarana dan peralatan yang dibutuhkan

1.3. Manfaat
1.     Menyatakan pendapat tentang keragaman sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya ikan asli Indonesia (endemik), sebagai ungkapan rasa bangga dan wujud rasa syukur kepada Tuhan serta bangsa Indonesia.
2.     Merancang kegiatan budidaya ikan, berdasarkan orisinalitas ide yang jujur dari diri sendiri.
3.     Mengetahui teknologi baru (tepat guna) yang digunakan untuk meningkatkan hasil budidaya ikan yang ramah lingkungan.
4.     Mengetahui teknologi baru (tepat guna) yang digunakan untuk meningkatkan hasil budidaya ikan yang ramah lingkungan.



BAB II. PEMBAHASAN



2.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan nila
a)     Klasifikasi Ikan Nila.


Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleosin

Ordo : Percormorphii

Sub Ordo : Percoidae

Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis Niloticus

Common Name : Nile Tilapia

Local Name : Nila

b)     Morfologi Ikan Nila
             Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan (nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan. (Suyanto, 1993).
             Ikan nila memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya adalah 2:1 antara panjang dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan pada bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar kelihatan pada saat ikan dewasa. (Satyani, 2001).
             Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni (Hasni, 2008).



c)     Anatomi Ikan Nila.
Sedangkan menurut Djuanda (1989), system anatomi ikan nila memiliki fungsi masing-masing, yaitu:

1.    Sistem pelindung                       : Kulit

2.    Sistem otot                                 : Penggerak otot

3.    Sistem rangka                             : Pelindung organ dalam

4.    Sistem pernafasan                      : Ekskresi dan Sekresi

5.    Sistem peredaran darah              : Sirkulasi

6.    Sistem pencernaan                     : Metabolisme

7.    Sistem saraf                                : Penyusun

8.    Sistem Hormon                          : Pengendali

9.    Sistem Reproduki                       : Perkembangbiakan
 
d)     Sistem pencernaan ikan Nila
Menurut Ikbal (2007), langakah-langkah proses pencernaan adalah :
1.     Pencernaan di mulut, rongga mulut, makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva.
2.     Disalurkan melalui faring dan esophagus
3.     Pencernaan di lambung dan usus halus
4.     Absorbs air dalam usus besar, sisa makanan menjadi feses
5.     Feses dikeluarkan melalui kloaka

e)     Sistem Ekskresi ikan Nila.
Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat permukaan tubuhnya
Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang

f)      Sistem Reproduksi ikan Nila
Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya

g)     Jenis, Bagian dan Fungsi Sisik
Sisik ikan terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar tipis merupakan epidermis dibentuk oleh sel-sel epithelial. Pada epidermis diketemukan kelenjar-kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir. Lapisan di bawahnya adalah dermis, kutin, dan klorium. Sisik ikan terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan yang lentur dan saling tumpang tindih. Ada empat jenis tipe sisik, yaitu plakoid, ganoid, sikloid, dan stenoid. Sisik ganoid berbentuk rhombis, pada permukaannya terdapat lapisan dentin yang disebut ganoin.

Ada beberapa lapisan denti yang dikenal, yaitu:
1.     Sisik kosmoid merupakan sisik ikan ada bangsa Crossopterygi yang telah punah
2.     Sisik ganoid
3.      Sisik Planoid
4.     Sisik Leptoid
Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 5-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak dibawahnya. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 5 buah. Tipe sisik adalah etenoid. Bentuk ekor berpinggiran tegak

h)     Habitat ikan Nila.
Ikan nila mempunyai habitat diperairan tawar, seperti sunga, danau, waduk dan rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas, sehingga ikan dapat pula hidup dan berkembang biak di perairan payau dan laut. Salinitas yang disukai antara 0-35 promil. Ikan nila air tawar dapat dipindakan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap.  Kadar garam air dinaikan sedikit demi sedikit. Berkaitan dengan habitatnya, ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar (Suyanto,2003).

Panggabean (2009), menambahkan kualitas air yang sesuai dengan habitat ikan nila sebagai berikut :
-        Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6- 8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
-        Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
-        Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
2.2 Pemilihan Lokasi Kolam

Lokasi kolam yang baik untuk pembesaran Ikan Nila (oreochormis niloticus) harus memenuhi persyaratan :
1.     Tersedianya saluran pemasukan air dan pengeluaran air selama masa pemeliharaan.
2.     Kualitas air yang baik adalah pH (derajat keasamannya) 5-7, suhu air 27-30 0C, oksigen terlarut (DO) berkisar 5 mg/1 pada suhu 20-21 0C, Karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 12 ppm dan kecerahan kolam (Cholik, dkk. 1991).
3.     Kondisi tanah yang baik adalah tanah liat/lempung dengan sedikit kandungan pasir untuk menahan air masa air yang besar dan tidak merembesnya kolam.

2.3 Pembesaran Ikan Nila (oreochormis niloticus) di Kolam Air Tenang
Pembesaran Ikan Nila (oreochormis niloticus) sistem air tenang (monokultur) membutuhkan kolam minimum 100 m2, kontruksi kolam disesuaikan kondisi lahan. Kedalaman kolam minimal 1 meter dan tanggul harus kuat agar mampu menahan air. Agar sirkulasi air lancar, kolam juga harus memiliki pipa pemasukan air maupun pengeluaran air yang disaring agar mencegah masuknya predator melalui pipa.
Banyak sedikitnya benih Ikan Nila (oreochormis niloticus) yang akan ditebar harus disesuaikan dengan kolam berapa ukuran panjang dan lebar kolam pemeliharaan yang tersedia. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar padat tebar Ikan Nila (oreochormis niloticus) di kolam sesuai dengan keperluan sehingga perkembangan pembesaran ikan nila dapat maksimum.




2.4 Lokasi Kolam dan persiapan kolam










Tofografinya daerah daratan rendah dan jenis tanahnya agar liat yang bercampur dengan gambut sehingga untuk pembuatan kolamnya harus memiliki kedalaman yang cukup untuk dapat menampung air.
Langkah-langkah dilakukan dalam persiapan kolam yaitu sebagai berikut :
1.     Pengeringan dasar kolam, pengeringan mutlak dilakukan karena berfungsi menghilangkan senyawa beracun saerta membasmi hama dan penyakit ikan, juga untuk memperbaiki pematang yang longsor dengan cara menambal dengan tanah bagian berlubang, serta perbaikan pintu pemasukan dan pengeluaran air jika ada yang tidak berfungsi misalnya saringan yang rusak atau koyak, untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam kolam, mengikuti arus air, seperti ikan gabus, belut dan sebagainya.
2.     Pengapuran, digunakan kapur dolomit bertujuan untuk memperbaiki kualitas dasar kolam. Takaran yang dianjurkan 250 gr/m2 – 500 gr/m2 luas kolam. Untuk kolam seluas 100 m2, dosis kapur yang disebar 25000 gr – 50.000 gr atau 25 – 50 kg. Biarkan selama         5 sampai 7 hari.
3.     Pemupukan, dilakukan untuk menumbuhkan makanan alami yang sangat dibutuhkan, baik oleh benih maupun induk di kemudian hari. Sangat dianjurkan pupuk berupa kotoran unggas yang sudah menjadi tanah. Dengan takaran 250 gr/m2 – 500 gr/m2 ; pupuk di sebar merata di dasar kolam.
4.     Untuk kolam seluas 100 m2 harus disediakan pupuk kandang antara 25.000 gr – 50.000 atau 25 kg atau 50 kg. Dibiarkan selama 7 hari.
5.     Pengisian air, setelah persiapan selesai masukkan air kedalamnya hingga ketinggian 10 cm dan biarkan selama beberapa hari agar makanan alami tumbuh. Kemudian, pemasukan air ditambah lagi sampai mencapai ketinggian 100 Cm.

2.5  Sarana Budidaya
Alat/sarana yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya adalah hampir sama semua, misalnya :
1.     Kapur dolomit
Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan mengendapkan lumpur yang baru dibuat.
2.     Pupuk kandang
Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh makanan alami dan membuat kolam menjadi subur.
3.     Benih ikan
Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada yaitu dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten, ukuran benih yang ditebarkan ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang seragam.
4.     Pakan ikan
Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran pakan No. 1 (satu) yaitu PF 118 dengan kandungan    Protein 30 %.



2.6 Pembenihan Dan Pemijahan Benih
Pembenihan ikan nila merupakan usaha budidaya yang sangat produktif. Meskipun jumlah telurnya relatif sedikit, namun frekuensi pemijahan ikan nila cukup sering. Ikan ini bisa dikawinkan setiap bulan, sampai usia produktifnya habis.

Ikan nila mudah memijah secara alami. Bahkan ikan ini gampang sekali memijah secara liar di kolam-kolam budidaya. Tidak seperti ikan mas atau ikan lele yang memerlukan banyak rekayasa. Pengaturan hanya diperlukan untuk mengelola agar pemijahan berlangsung terkendali.
Dengan pengelolaan yang tepat, pembenihan ikan nila akan menjadi usaha yang menguntungkan. Pada kesempatan kali ini akan diulas apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memulai pembenihan ikan nila.

Tempat pembenihan ikan nila
Hal pertama yang harus disiapkan dalam pembenihan ikan nila adalah penyiapan tempat atau kolam budidaya. Terdapat empat tipe kolam yang dibutuhkan untuk pembenihan ikan nila, diantaranya:
1.     Kolam pemeliharaan indukan. Kolam ini digunakan untuk memelihara indukan jantan dan betina. Ikan jantan dan betina harus ditempatkan di kolam yang berbeda. Sehingga dibutuhkan setidaknya dua kolam pemeliharaan induk. Kolam tidak perlu terlalu luas, hnaya saja harus cukup dalam untuk ikan dewasa, sekitar 100-140 cm.
2.     Kolam pemijahan. Kolam pemijahan digunakan untuk mengawinkan induk jantan dan betina. Jenis kontruksi kolam pemijahan ikan nila sebaiknya berlantai dasar tanah. Dasar kolam dilengkapi dengan kubangan-kubangan atau kemalir.
3.     Kolam pemeliharaan larva. Kolam ini diperlukan untuk memelihara larva ikan yang baru menetas. Tipe kolam yang digunakan bisa bak semen,  kolam tanah atau hapa. Hapa merupakan jaring yang halus seperti kelambu yang dibuat mengapung di atas kolam. Persis seperti jaring apung di danau, namun ukurannya kecil. Hapa bisa diletakan di kolam pemijahan.
4.     Kolam pendederan benih. Kolam ini diperlukan untuk membesarkan benih ikan sampai ukuran 10-12 cm. Atau, sampai ikan nila kuat untuk dibesarkan di kolam budidaya pembesaran.

Pemilihan indukan ikan nila
Calon indukan untuk pembenihan ikan nila hendaknya menggunakan galur murni yang secara genetis memiliki sifat-sifat unggul. Dewasa ini indukan nila yang beredar di masyarakat banyak yang sudah mengalami penurunan kualitas. Untuk mendapatkan indukan yang unggul, sebaiknya cari di tempat-tempat terpercaya seperti, BBPBAT atau balai-balai perikanan setempat.
Indukan nila matang gonad atau sudah siap memijah, harganya cukup mahal. Untuk itu, kita bisa memelihara calon indukan sedari kecil hingga ikan siap untuk dipijahkan. Adapun ciri-ciri calon indukan nila yang baik adalah sebagai berikut:
◾Merupakan galur murni dan berasal dari keturunan yang berbeda.
◾Kondisinya sehat dan bentuk badannya normal (tidak cacat).
◾Sisik besar, susunannya rapi.
◾Bagian kepala relatif kecil dibandingkan badannya.
◾Badan tebal dan warnanya mengkilap.
◾Gerakannya lincah, responsif terhadap pemberian pakan.
Ikan nila betina memasuki matang gonad setelah berumur 5-6 bulan. Induk betina yang akan dipijahkan setidaknya telah mencapai bobot 200-250 gram dan untuk induk jantan 250-300 gram.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ikan nila termasuk ikan yang jumlah telurnya sedikit. Satu induk betina seberat 200-250 gram hanya mengandung telur 500-1000 butir. Dari jumlah tersebut yang menetas menjadi larva biasanya berkisar 200-400 ekor.Masa produktivitas indukan untuk pembenihan ikan nila berkisar 1,5-2 tahun. Indukan yang sudah dibenihkan lebih dari 2 tahun sebaiknya diganti dengan yang baru. Karena kualitas dan kuantitas anakannya akan menurun. Induk ikan nila yang telah memijah siap dipijahkan kembali setelah 3-6 minggu.

Pemeliharaan indukan
Induk jantan dan betina yang disiapkan untuk pembenihan ikan nila harus dipelihara di kolam terpisah. Induk betina disatukan dengan betina lainnya, begitu pula dengan induk jantan. Padat tebar untuk kolam pemeliharaan induk sekitar 3-5 ekor/m2.
Kolam pemeliharaan induk jantan dan betina harus memiliki sumber pengairan yang berbeda (disusun seri). Buangan air dari kolam jantan tidak masuk ke kolam betina dan sebaliknya. Hal ini untuk menghindari terjadinya pemijahan liar. Misalnya, sperma jantan terbawa ke kolam betina sehingga terjadi pembuahan.

Pemijahan ikan nila
Seperti sudah diuraikan sebelumnya, ikan nila sangat gampang memijah secara alami. Pemijahan ikan nila intensif biasanya dipakai untuk memproduksi benih dalam jumlah besar. Karena untuk membangun infrastrukturnya membutuhkan modal besar. Kali ini kami hanya akan mengulas pemijahan ikan nila secara alami.Dasar kolam pemijahan ikan nila sebaiknya dibuat miring sekitar 2-5%. Kemudian buat kemalir atau kubangan di dasar kolam tersebut sedalam 20-30 cm sebagai lokasi-lokasi ikan memijah.
Sebelum ikandimasukkan ke kolam pemijahan, lakukan pengolahan dasar kolam terlebih dahulu. Silahkan lihat cara persiapan kolam tanah.
Pemijahan ikan nila dilakukan secara massal. Indukan jantan dan betina ditebarkan ke kolam pemijahan secara bersama-sama. Padat tebar kolam pemijahan sebanyak 1 ekor/m2, dengan perbandingan jantan dan betina 1:3.Selama proses pemijahan, berikan pakan seperti di kolam pemeliharaan induk. Pemijahan ikan nila biasanya akan berlangsung pada hari ke-7 sejak indukan ditebar.
Pemijahan berlangsung di dasar kolam, biasanya dalam kubangan atau cekungan. Apabila terjadi kecocokan, telur yang dikeluarkan induk betina akan dibuahi oleh ikan jantan. Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut induk betina.
Selama proses pengeraman telur, induk ikan betina biasanya berpuasa. Maka, sebaiknya pemberian pakan dikurangi hingga tinggal setenganya. Hal ini penting untuk menekan ongkos produksi dan mencegah pembudukan sisa pakan di dasar kolam.
Proses pengeraman biasanya berlangsung sekitar satu minggu. Telur akan mentas menjadi larva ikan. Bila induk betina merasa kolam ditumbuhi pakan alami ikan, ia akan mengeluarkan larva dari mulutnya secara serempak. Oleh karena itu, dalam selama proses persiapan kolam penting untuk memupuk dasar kolam agar pakan alami ikan tumbuh.
Larva ikan yang baru menetas akan berenang ke pinggir kolam. Segera ambil dengan saringan halus dan pindahkan ke tempat pemeliharaan larva.

2.7  Pemberian Pakan
Pakan diperlukan untuk perawatan induk ikan nila unggul. Persyaratan pakan :
·       Pakan yang diberikan berupa pelet yang memiliki kadar protein antara 28 - 35% dengan kandungan lemak tidak Iebih dan 3%.
·       Banyaknya pelet sebagai pakan induk berkisar l - 3% berat biomassa per hari. Dalam praktik di lapangan, banyaknya pakan pelet berkisar antara 0,1 - 1% berat biomassa per hari tergantung tahapan kegiatan pembenihan yang sedang dilakukan dan ketersediaan pakan alami. Berat biomassa diketahui dengan pengambilan sampel 10 ekor ikan nila. Sampel tersebut ditimbang dan dicari rata-rata beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di kolam. Contoh, berat rata-rata ikan 220 gram dengan jumlah ikan 90 ekor, maka berat biomassa 220 x 90 = 19 800 gram. Jumlah ransum per hari 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2 - 3 kali sehari.
·       Pemberian vitamin E dan C yang berasal taoge atau bahan lain berupa daun-daunan atau sayuran yang diiris-iris untuk pembentukan telur ikan selama pemeliharaan induk.
·       Dedak halus dan bekatul dapat diberikan sebagai pakan. Bahan pakan tersebut dapat menambah kesuburan kolam Penambahan pakan alami di kolam dilakukan dengan cara menggantungkan karung pupuk di bagian tertentu pada kolam dengan terlebih dahulu melubanginya. Cara ini bertujuan supaya pembusukan yang berlangsung di dalam karung tidak mengganggu kualitas air. Dalam beberapa hari berselang, biasanya di sekitar karung akan tumbuh plankton.

Dalam memproduksi benih ikan nila unggul diperlukan penerapan teknologi yang tepat guna. Pertumbuhan ikan nila unggul jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda. Ikan nila jantan 40% Iebih cepat tumbuh daripada nila betina. Jika sudah mencapai ukuran 200 gram, pertumbuhan nila betina semakin lambat, sedangkan nila jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala saat memproyeksikan produksi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan budi daya ikan nila unggul secara tunggal kelamin (monosex culture), yaitu hanya ikan jantan saja yang dipelihara hingga mencapai ukuran konsumsi. Teknologi memproduksi benih jantan (maskulin/sasi) dengan rangsangan hormon merupakan suatu proses pembentukan jenis kelamin jantan. Saat masih berbentuk larva atau berumur 7 - 19 hari, nila dirangsang dengan hormon Metil Testosterone (MT) untuk membentuk jenis kelamin jantan. Maskulinisasi dapat dilakukan 2 cara, yaitu rangsangan hormon melalui perendaman dan perlakuan pakan berhormon.
Melalui cara perendaman, hormon dilarutkan dalam air dengan dosis 5 - 10 mg/l air + 2,5 ppt dimetilsulphoxide. Selanjutnya, larva ikan berumur 7 hari (burayak) direndam dalam larutan tersebut. Pemberian pakan berhormon diawali dengan pemilihan induk jantan dan betina. Induk jantan yang digunakan berukuran ± 200 g/ekor (± umur 4 bulan) sebanyak 6 ekor, sedangkan induk betina berukuran ± 150 g/ekor (± umur 4 bulan) sebanyak 18 ekor.
Induk ikan nila unggul ditebar di dalam kolam pemijahan dengan perbandingan 1: 3 (1 ekor jantan dan 3 ekor betina). Dalam kolam pemijahan dibutuhkan ± 3 petakan kolam. Pada tiap petakan diletakkan 2 - 3 buah pen (pagar, kalasey) untuk pemijahan induk. Sebelum hormon ditambahkan ke dalam pakan, terlebih dahulu dilarutkan dalam alkohol. Volume alkohol disesuaikan dengan dosis hormon, misalnya 70% dan 95%.
Hormon metil testosterone ditakar sebanyak 15 mg (± 1/8 bagian sendok teh). Volume alkohol 70% terdiri atas 15 mg MT : 9 ml alkohol (± ½ strip batang korek api). Volume alkohol 95% terdiri atas 15 mg hormon MT: 7,5 ml alkohol. Alkohol diukur dalam gelas minum biasa. Larutan hormon-alkohol tersebut dituangkan dalam pakan atau pelet yang sudah dihaluskan terlebih dahulu sedikit demi sedikit.
Sebagai patokan dasar, pelet yang dibutuhkan sebanyak 1 kg/dosis hormon, sehingga dosis hormon MT dalam pakan menjadi 15 mg hormon MT dalam 1 kg pelet halus. Adonan tersebut diangin-anginkan sampai betul-betul kering dan bau alkohol hilang. Setelah itu, adonan dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup dan dapat disimpan selama 2 bulan.
Setelah induk betina mulai melepaskan larva ke luar dari mulut (rnulai 7. hari, maka larva-larva tersebut dapat segera ditangkap dipelihara dalam kolam pendederan. Selanjutnya, pakan berhormon diberikan selama ± 1 bulan pemeliharaan larva sebanyak 10% dari berat total larva. Stelah kurun waktu tersebut, larva atau benih telah terbentuk jenis kelaminnya hingga penggunaan yang lalu lama tidak memengarui pembentukan jenis kelamin bahkan dapat membahayakan jika digunakan terus untuk pembesaran ikan (ikan konsumsi). Dari hasil penelitian BPTP sulut menunjukkan bahwa persentasi benih jantan yang terbentuk mencapai 93% dengan tingkat kematian benih rata-rata 10%.

2.8 Pembesaran
Kolam untuk membesarkan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) harus dipersiapkan lebih dulu dengan cermat, baik itu meliputi pengolahan dasar kolam, pengeringan, pemupukan, pengapuran dan penggenangan air selama 5-7 hari agar diperoleh hasil panen yang optimal. Juga pakan tambahan dari luar berupa pellet berkadar protein 25% diberikan setiap hari sebanyak 3-5% dari bobot ikan keseluruhan diberikan 3 kali perhari, pagi, siang dan sore.
Jika selama pemeliharaan berjalan normal dalam tempo 6-7 bulan dengan berat hasil panen mencapai 250-350 gr/ekor, sudah dapat di konsumsi


BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1  Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) mempunyai prospek yang cukup baikdikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolammerupakan salah satu cara budidaya ikan yang mudah dikembangkan di Kabupaten Kapuas karena wilayahnya yang banyak air dan sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga. Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu ia mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan campuran (omnivora). Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapatdi budidayakan (pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain :
       i.          Sistem air deras
     ii.          Keramba
   iii.          Jaring terapung
   iv.          Longyam
     v.          Kolam air tergenang (stagnat water).
Oleh karena dibudidayakan dengan banyakcara itulah, maka Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) dapat dijadikanalternatif pemilihan usaha.




3.2  Saran
Selama masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Cara yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap langsung hewanliar/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.Sedangkan penyakit ikan dapat dicegah dengan pengapuranyang seimbang untuk mempertahankan kualitas air, serta diupayakan suhu air tidak kurang dari 280C.


DAFTAR PUSTAKA















2 komentar: